Friday, September 30, 2005

Seimbang

Oleh : Syariful Hidayat

و كذلك جعلناكم أمة و سطا لتكونوا شهداء على الناس... البقرة 143
والذين إذا أنفقوا لم يسرفوا و لم يقتروا و كان بين ذلك قواما. الفرقان 67

"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia…" (al-Baqarah, 143).

"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian". (al-Furqan, 67).

Seimbang dalam bahasa Indonesia ialah kata yang mempunyai arti positif yang sinonim dengan kata "sedang" dan "tengah-tengah". Saking banyaknya arti positif, kata seimbang membentuk kata benda baru yaitu kata "timbangan" yang berarti "alat yang dapat mengukur berat dan ringannya sebuah benda".

Sinonim kata "seimbang" yang relevan digunakan dalam bahasa pergaulan ialah sedang atau tengah-tengah sebagai kata yang menengahi dua lawan kata (pendek-tinggi, besar-kecil, banyak-sedikit). Jawaban "sedang-sedang saja" akan keluar dari seseorang ketika pertanyaan banyak atau sedikit dilontarkan. Sebagaimana jawaban "tengah-tengah" akan keluar bilamana "pendek-tinggi" menjadi pertanyaan.

Dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara, keseimbangan ialah tindakan yang mesti terus dikembangkan, karena banyak petunjuk yang membuktikan pentingnya hidup seimbang.

Dalam hubungan manusia dengan sesama dan dengan Tuhannya, keseimbangan perlu terus dijaga dan diperhatikan.

Memang, dengan latar belakang yang berbeda, manusia hidup di muka bumi ini dengan banyak cara. Ada di antara mereka yang hanya mementingkan kehidupan akhirat tanpa memikirkan kehidupan dunia. Ada pula di antara mereka yang lebih mementingkan kehidupan dunia ketimbang kehidupan akhirat. Kita tahu bahwa setiap arah hidup yang menjadi prinsip dasar kehidupan manusia itu dibarengi dengan dalil dan referensinya masing-masing.

Maka tak heran jika kita acapkali mendengar istilah zuhud, sebuah istilah yang mewakili kelompok pertama (kelompok yang mementingkan kehidupan akhirat). Mereka memandang bahwa hidup di dunia itu hanya sementara dan kehidupan abadi adalah kehidupan setelah sirnanya dunia. Sebagaimana kita juga melihat arah hidup sebagian manusia yang beranggapan bahwa hidup di dunia hanya sekali, jika tidak dinikmati, maka akan merugi.

Dalam hal ini, Islam hadir sebagai wasit (kata ini berasal dari Bahasa Arab wasath yang berarti tengah), yaitu penengah atau penyelesai masalah umat manusia. Islam hadir dalam setiap halaman ajarannya selaras dengan arah perkembangan zaman. Karena Islam memang dihidangkan untuk umat sekalian alam.

Salah satu pandangan yang selaras dengan keseimbangan hidup dunia-akhirat diwakili oleh kata bijak Sayyidina Ali : "Bekerjalah untuk duniawimu seakan kamu hidup selamanya. Dan bekerjalah utuk akhiratmu seakan esok adalah hari akhirmu".

Artinya, usaha keras mencari nafkah adalah suatu kewajiban sebagaimana wajibnya usaha keras mencari kebahagiaan abadi di akhirat nanti dengan menjalani rutinitas Syarat Islam dan mensyukurinya. Allah SWT berfirman : "sesungguhnya, jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungghuhnya adzab-ku sangat pedih". (Ibrahim 7).

Selain itu, keseimbangan juga sepatutnya kita jalankan pada cara kita memakan rezki yang telah Allah berikan dengan adab dan dengan kadar yang tidak berlebihan. Allah SWT berfirman : "Makan dan minumlah dan jangan melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas". (al-A'raf, 31).

Dalam pergaulan antar manusia, selayaknya hubungan dijalin dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang sebagaimana kita mencintai dan menyayangi diri kita sendiri. Rasulullah SAW bersabda: "Cintailah Saudaramu seperti engkau mencintai dirimu".

Dalam hal ini, Imam Syafi'i memberikan pandangan tentang pergaulan sesama manusia yang tidak melampaui batas, dengan pepatahnya, "Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, barangkali suatu saat ia akan menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, barangkali suatu saat ia menjadi kekasihmu".

Hidup penuh keseimbangan adalah salah satu kriteria hidup ideal. Bersamanya kita dapat menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sebagaimana doa yang terus kita kumandangkan usai shalat :


رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنيَا حَسَنَة وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَة و قنا عذاب النار

"Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa neraka".
Nomor 06/Edisi II/Th.I

Siapa Yang Paling Menakjubkan Imannya?

Suatu malam, menjelang waktu subuh, Rasulullah SAW bermaksud untuk wudhu."Apakah ada air untuk wudhu?" beliau bertanya kepada para sahabatnya.Ternyata tak ada seorang pun yang memiliki air. Yang ada hanyalah kantong kulit yang dibawahnya masih tersisa tetesan-tetesan air. Kantong itu pun dibawa ke hadapan Rasulullah. Beliau lalu memasukkan jari jemarinya yang mulia ke dalam kantong itu. Ketika Rasulullah mengeluarkan tangannya, terpancarlah dengan deras air dari sela-sela jarinya. Para sahabat lalu segera berwudhu dengan air suci itu. Abdullah bin Mas'du bahkan meminum air itu. Usai salat subuh, Rasulullah duduk menghadapi para sahabatnya. Beliau bertanya, "Tahukah kalian, siapa yang paling menakjubkan imannya?"Para sahabat menjawab, "Para malaikat.""Bagaimana para malaikat tidak beriman," ucap Rasulullah, "Mereka adalah pelaksana-pelaksana perintah Allah. Pekerjaan mereka adalah melaksanakan amanah-Nya.""Kalau begitu, para Nabi, ya Rasulullah," berkata para sahabat."Bagaimana para nabi tidak beriman; mereka menerima wahyu dari Allah," jawab Rasulullah."Kalau begitu, kami; para sahabatmu," kata para sahabat."Bagaimana kalian tidak beriman; kalian baru saja menyaksikan apa yang kalian saksikan," Rasulullah merujuk kepada mukjizat yang baru saja terjadi."Lalu, siapa yang paling menakjubkan imannya itu, ya Rasulullah?" para sahabat bertanya.Rasulullah menjawab, "Mereka adalah kaum yang datang sesudahku. Mereka tidak pernah berjumpa denganku; tidak pernah melihatku. Tapi ketika mereka menemukan Al-Kitab terbuka di hadapan, mereka lalu mencintaiku dengan kecintaan yang luar biasa, sehingga sekiranya mereka harus mengorbankan seluruh hartanya agar bisa berjumpa denganku, mereka akan menjual seluruh hartanya."
* * *
Hadis di atas dimuat dalam Tafsir Al-Dûr Al-Mantsûr, karya mufasir Jalaluddin Al-Syuyuti. Mudah-mudahan kita semua termasuk dalam kelompok ini, Amin.

Do'a

Syukurilah Ni'matmu dengan Do'a

"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu-bapakku dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai, serta masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih."
(QS. Al-Naml: 19).

Friday, September 23, 2005

Setia

Oleh : Nasrullah Afandi

إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا تتنزل عليهم الملائكة ألا تخافوا و لا تحزنوا و أبشروا بالجنة التى كنتم توعدون.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushshilat, 30).

Setia adalah fenomena yang sangat wajar dan manusiawi untuk diterapkan dalam kehidupan. Ia menjadi hal penting yang mengistimewakan masyarakat berpendidikan.

Dalam masyarakat kita, kata “setia” oleh khalayak hanya diidentikkan dengan fenomena cinta-asmara, seperti setia pada sang suami, pacar dan sejenisnya. Namun sebenarnya makna dan ruang lingkup setia jauh lebih luas dari itu.

Setia merupakan salah satu modal sukses dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari kehidupan dunia yang kita alami sekarang sampai alam akhirat yang akan kita jalani nanti.

Ia adalah sifat yang identik dengan "dipercaya" atau yang dalam bahasa Arabnya disebut amanah. Amanah sendiri merupakan salah satu sifat wajib para nabi dan rasul.

Jika pasangan suami-istri berjalan tanpa ada kesetiaan, maka pertengkaran dan percerain adalah salah satu resikonya.

Jika seorang pemimpin tidak setia pada warganya, maka kezaliman yang dilakukannya dan akan sangat mungkin mengakibatkan kekacauan oleh sebab tindakan-tindakan anarkis. Namun jika ia menerapkan kesetiaan, maka yang terjadi adalah kebalikannya.

***
Sejarah mencatat betapa sadisnya Raja Fir'aun menyiksa wanita Masyithah. Tidak saja beliau sendiri, tetapi juga anak-anaknya yang di hadapan matanya diceburkan ke dalam air mendidih yang bergolak dan dijadikan alat penyiksakan untuk menambah derita Masyithah. Namun wanita shalihah itu tetap setia pada Tuhannya, Allah SWT.

Karenanya, bila sekarang ada fenomena yang menggelikan namun nyata --banyak orang yang hanya beberapa hari terlambat makan, lantas menukar imannya dengan mie instant dan susu--, maka itu menunjukkan fakta betapa dominan sifat khianat atau tidak setia terhadap Tuhan.

Dalam konteks asmara, kita membaca kisah cinta Lady Diana. Ia memburu pemuda asal Mesir yang bernama Imad Al Fayed yang akrab disapa Dody al Fayed. Faktor utamanya adalah karena Pangeran Charles yang telah "mengalir" pada urat nadi sang putri tidak setia padanya dan jatuh ke dalam pelukan mesra Camilla Parker.

Tumbangnya kekuasan Tunggul Ametung terjadi tidak lain karena Sang Permaisuri Putri Purwa selingkuh dengan Ken Arok dan berkoalisi untuk menumbangkan tahta Tunggul Ametung.

Masih banyak lagi contoh yang lain.

***

Kesimpulannya, sifat setia amat penting bagi manusia, baik individual maupun sosial. Kecuali jika ia ingin tidak lagi bisa dibedakan dari binatang yang tidak mementingkan kesetiaan. Sebab bagaimanapun kesetiaan adalah tonggak hubungan vertikal dengan Allah dan horizontal dengan sesama manusia.
Nomor 05/Edisi II/Th.I

Pokok Pokok Ajaran Islam

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah s.a.w suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah s.a.w ) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah s.a.w, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata, “anda benar“. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahukan aku tentang Iman?“ Lalu beliau bersabda, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata, “anda benar“. Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukan aku tentang ihsan ?“. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata, “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda, “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah s.a.w) bertanya, “Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian“.
(Hadits Riwayat Muslim)

Catatan :

Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan .


Hadits ini juga mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah s.a.w).

Pelajaran yang terdapat dalam hadits

  1. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
  2. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
  3. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.
  4. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
  5. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.
  6. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.
  7. Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.
  8. Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.

Do'a

Menghindari Kesesatan

Rabbanaa laa tuzig quluubanaa ba’da idjhadaitanaa wahablanaa milladungka rahmatan innaka antal wahhab

"Ya Tuhan, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sungguh hanya Engkaulah Yang Maha Pemberi karunia." (QS. Âli 'Imrân: 8).

Friday, September 16, 2005

Silaturahim

Oleh : Iman Mursalin

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوْا فِي اْلأَرْضِ وَتَقْطَعُوْا أَرْحَامَكُمْ أُولَئِكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ

"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka". (QS Muhammad : 22-23)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sufyan, Heraklius pernah bertanya kepadanya –ketika itu Abu Sufyan masih Kafir-, "Apakah yang diperintahkan oleh Muhammad?. Abu Sufyan menjawab, 'Dia memerintahkan kami untuk mendirikan shalat, bersedekah, menjaga kehormatan diri (al-'iffah) dan menyambung tali silaturahmi'". (HR Bukhari)

Setiap muslim di dunia ini patut bersyukur bahwa Syari'at Islam mengandung norma-norma yang bernilai tinggi. Jika seluruh nilai dan norma yang merupakan way of life setiap muslim dijalankan secara konsisten, niscaya –baik disadari atau tidak- hal tersebut akan mendatangkan kemaslahatan, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.

Silaturahmi ialah salah satu dari tuntunan hidup Islam tersebut. Lebih dari itu, silaturahmi merupakan salah satu ajaran akhlak yang paling asasi di dalam Islam.

Dalam konteks masyarakat Indonesia, praktek silaturahmi dapat dengan mudah kita jumpai. Lihat saja budaya orang-orang Indonesia setiap kali lebaran 'Idul Fitri dan 'Idul Adha. Selepas melaksanakan shalat sunnah 'Ied, mereka berbondong-bondong saling berpeluk-salam, kunjung-mengunjungi, mulai dari rumah-rumah tetangga yang dapat ditempuh dengan jalan kaki hingga rumah-rumah handai tolan nun jauh di belahan bumi lain yang hanya dapat dijangkau dengan pesawat terbang. Di luar dua hari besar Islam ini, pesona silaturahmi masih dapat dengan kental kita rasakan pada kehidupan keseharian masyarakat di daerah pedesaan.

Sayang sekali, interaksi yang sangat mulia ini dari hari ke hari nampak kian memudar. Padahal silaturahmi bukan hanya sekedar bermuatan tali persaudaraan tetapi lebih dari itu silaturahmi adalah cara pandang dan sikap hidup seorang muslim yang menjadikannya pelita yang selalu menyinari lingkungan di sekitarnya.

Banyak sekali dari kita yang secara fisik mempraktekkan silaturahmi, yaitu silaturahmi dalam arti harfiyah yang bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan yang telah terbina antar sesama kita. Namun tidak jarang manakala kita sedang mengunjungi salah seorang kerabat, hati kita masih tetap menyimpan kebencian dan dendam terhadapnya. Apalah artinya jika kita bersilaturahmi secara fisik saja, sementara kalbu kita bertolak belakang dengannya. Bersilaturahmi hendaknya dilaksanakan dan dijalankan secara menyeluruh, luar dan dalam, secara lahiriyah dan batiniyah. Nuansa persaudaraan ini haruslah terjalin dari hati ke hati. Hal itu berarti bahwa ibadah yang hukumnya wajib ini harus disertai rasa tulus dan ikhlas.

Layaknya ibadah wajib lainnya, silaturahmi bisa membawa implikasi langsung dan tak langsung terhadap jalannya roda kehidupan seorang muslim. Hal ini juga membawa dampak sebab-akibat, baik ketika silaturahmi itu kita laksanakan atau ketika kita meninggalkannya. Suatu ketika Rasulullah pernah bersabda : "Barangsiapa yang ingin banyak rezeki dan panjang usia, sambungkanlah tali silaturahmi". (HR . al-Bukhari)

Hadits di atas hanya salah satu contoh dari sekian banyak keutamaan silaturahmi. Dengan silaturahmi kita akan mendapat limpahan cinta kasih dari orang-orang terdekat kita, sebagaimana Allah akan lebih menyayangi kita. Lebih dari itu, silaturahmi dapat membawa kita menuju pintu surga kelak di akhirat. InsyaAllah.

Sebaliknya manakala kita meninggalkan silaturahmi, kita akan mendapatkan imbalan yang telah dijanjikan Allah dalam firman-Nya, "Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka". (QS. Muhammad : 22-23)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh 'Abdullah bin Abu Awfa, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Rahmat (Allah) tidak akan turun kepada suatu kaum atau umat yang di dalamnya terdapat orang yang memutus tali silaturahmi". (HR. al-Bukhari dan al-Baihaqi)

Pada hakikatnya, bentuk pengejewantahan dari silaturahmi tidaklah hanya sebatas aksi saling mengunjungi antar sesama. Banyak hal yang bisa kita laksanakan dan termasuk dalam kategori pelaksanaan silaturahmi. Ibnu 'Abidin al-Hanafy berkata : "Silaturahmi itu wajib hukumnya walaupun hanya dengan mengucapkan salam, memberi selamat, memberi hadiah, menolong sesama atau dengan duduk bersama (mujalasah), bersikap lembut, berbuat ihsan dan seterusnya".

Ringkasnya, ada beberapa perbuatan yang termasuk dalam batas minimal dari silaturahmi seperti mengucapkan salam, senyum dan tidak menyakiti orang lain. Sementara itu, beberapa perbuatan yang bisa dikategorikan ke dalam batas maksimal silaturahmi adalah mengunjungi kerabat, menjenguk mereka yang sakit, memberikan hadiah, berinfak kepada orang yang kesulitan, memberi selamat pada tiap hari raya dan perbuatan-perbuatan lain.

Setelah kita mengetahui segala hal mendasar tentang silaturahmi, dapatkah kita merealisasikannya dalam kehidupan keseharian kita?. Kapankah kiranya silaturahmi antar umat Islam bisa menjelma menjadi payung besar yang menaungi dan memeluk kaum muslimin sehingga kita tidak lagi melihat seseorang berjalan beriringan dalam dendam, sampai kita tidak lagi menemukan negara Islam acuh terhadap nasib negara tetangganya?. Semua pertanyaan itu, hanya kita yang bisa menjawabnya dan jawaban tersebut akan menjadi lebih jelas manakala kita mulai merealisasikannya. Wallahu a'lam bi as-shawab.
Nomor 04/Edisi II/Th.I

Taubat

Allah s.w.t berfirman, “Katakanlah ! Hai hamba-hamba-Ku yang berdosa terhadap jiwanya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-Zumar : 53)

Rasulullah bersabda : “Setiap anak Adam adalah sering berbuat salah. Dan, sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang bertaubat.” (H.R. Tirmidzi)

Rasulullah s.a.w bersabda, “Hai sekalian manusia, bertaubatlah kamu kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya, maka sesungguhnya saya bertaubat dan beristighfar tiap hari 100 kali.” (H.R. Muslim)

Imam Ar-Raghib Al-Ashfahami menerangkan : "Dalam istilah syara', taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna". (Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, dari asal kata " tauba" hal. 76)

Imam An-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri menjelaskan : "Para ulama berkata, 'Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.

Jika taubatnya itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat. Ketiga syarat di atas dan Keempat, hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta ma'af kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf". (Riyadhus Shalihin, hal. 41-42)

Bertaubatlah sebelum terlambat…

Do'a

Ketika Hujan Turun Ucapkanlah:

اللهم صيبا نافعا

" allaahumma shayyiban naafi'aa"
Ya Allah, semoga deras (hujan) yang membawa manfaat".
(H.R. Bukhari)

SMS

« Biarkan Hari-hari bertingkah semaunya. Buatlah dunia ini rela ketika ketentuan-Nya bicara. Dan jangan gelisah dengan kisah malam-malamnya. Karena tidak ada kisah di dunia ini yang abadi selamanya » (Imam Syafi’i)
Kata mutiara ini diterima redaksi via sms dari no 064205...

Friday, September 09, 2005

Senyum

Oleh : Suhartono bin Adi Suarno.

Rasulullah SAW bersabda: "senyummu di wajah saudaramu adalah sedekah".

Pernahkah kita menghitung berapa kali kita tersenyum dalam sehari ?. Sepertinya sebagian besar dari kita tidak akan bisa menjawabnya.

Kita setuju setiap orang mempunyai bibir, namun tidak semua orang pandai menggunakannya untuk tersenyum. Pada dasarnya senyum merupakan salah satu tabiat manusia yang mempunyai maksud yang tersirat dengan tujuan tertentu. Jika seseorang tersenyum, sudah pasti dia sedang merasakan sesuatu yang menggembirakan.

Senyum juga salah satu sifat dan akhlak yang terpuji. Meskipun kadang senyum juga dirakit menjadi senjata untuk memikat hati sang gadis pujaan. Banyak sekali orang-orang yang jatuh cinta hanya karena tertarik pada sebuah senyuman (berhati-hatilahlah !). Tapi ada juga yang tersenyum karena ingin menunjukkan reaksi sinisnya terhadap sesuatu yang mungkin kurang ia sukai.

Secara medis, senyum hanya mengandalkan 17 otot wajah, sementara cemberut membutuhkan tarikan 32 otot. Mungkin inilah salah satu penyebab mengapa wajah terkadang terlihat cepat tua bagi orang yang jarang tersenyum. Padahal tersenyum itu mudah, cukup dengan menarik sudut-sudut bibir kita ke kiri dan ke kanan saja.

Biasanya senyum bisa membuat keadaan kita lebih baik dari sebelumnya. Saat kita marah dan kemudian melihat orang senyum, kemarahan kita bisa berkurang. Waktu kita sedih, kalau lihat orang senyum, kita bisa mendapat tenaga untuk melawan kesedihan itu. Waktu kita stress, senyum orang lain ke kita adalah sebuah pencerahan kecil bagi kita. Tentu masih banyak lagi manfaat tersenyum.

Secara umum senyum itu terbagi dua. Ada senyum ikhlas dan tulus yang akan membuat kita selalu bahagia, sebuah senyum yang lahir dari hati yang paling dalam, dari kerinduan ingin membahagiakan orang lain dan dari kerinduan ingin menghormati dan memuliakan orang lain. Ini biasanya muncul di saat kita sedang gembira, sukses bisnis atau belajar dan saat kita sedang memberi simpati kepada orang lain.

Ada juga senyum terpaksa. Biasanya ia keluar pada saat kepala sedang "error", misalnya saat dibebani pekerjaan tidak menyenangkan oleh atasan, saat tidak mengerti pembicaraan orang, saat menanggapi teman yang sedang melawak tapi tidak lucu atau saat menaikan kenaikan gaji kepada boss perusahaan.

Sebenarnya, ada juga keuntungan yang dapat kita ambil lewat program senyum ini. Pertama, senyum dapat meningkatkan penampilan fisik agar kita tampil lebih manis, lebih menawan dan lebih menyejukkan.

Kedua, orang yang murah senyum akan jauh dari stress, karena ia terhindar dari penyakit ketegangan. Jantungnya akan berdetak normal. Peredaran darahnya akan mengalir dengan baik. Karena senyum sendiri mendorong hati kita menjadi ceria dan membuat kita awet muda.

Ketiga, para ahli senyum akan merasakan pergaulan yang menyenangkan. Kita juga terbawa segar melihat mereka. Keakrabannya sangat terlihat. Suasana pergaulan di antara mereka selalu hangat bahkan mampu menambah semangatnya dibandingkan dengan orang yang dalam pergaulannya selalu berwajah muram durja.

Lebih dari itu, senyuman ternyata dapat meluluhkan emosi orang yang marah. Bila ada orang yang marah mendatangi kita, hadapilah dengan senyuman yang tulus. Yang pasti, senyum semacam ini akan mampu meredam emosi orang yang sedang marah.

Disamping itu, senyum adalah olahraga bibir. Ia, disadari atau tidak, dapat memberikan sesuatu yang berarti kepada orang lain.

Senyumlah !. Maka dunia akan tampak lebih indah. Bila kita tak mampu bersedekah dengan harta, bersedekahlah dengan senyuman. Senyum itu tidak berbiaya tapi bisa sangat berarti.

Untuk ini, mari kita melatih diri untuk tersenyum dengan tulus dan ikhlas, baik saat menjawab telepon, saat berbicara dengan orang tua, teman-teman kerja, anak-anak kecil dan ketika kita menerima tamu. Insya Allah, itu akan membuat suasana terasa lebih indah.

Karena itu, hadapilah perjalanan hidup kita dengan sunahRasulullah SAW: senyuman yang tulus. Wallahu a’lam.
Nomor 03/Edisi II/Th.I

Berniat

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w bersabda : « Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan ».

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kita Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

Do'a

Bila Menemui Kesukaran, Ucapkanlah:

اللهم لا سهل إلا ما جعلته سهلا وأنت تجعل الخزن اذا شئت سهل.

" Allaahumma laa sahla illaa maa ja'altahuu sahlaa, wa anta taj'alul huzna idza syi'ta sahlaa".

Ya Allah, tidak ada yang mudah kecuali apa yang Engkau menjadikannya mudah, dan Engkau menjadikan yang sukar menjadi mudah bila Engkau Kehendaki.

( H.R Ibnu Sina)

Friday, September 02, 2005

Sportif

Oleh : Abdul Somad Batubara. Lc.


Ketika ada seorang atlit yang mengunakan doping, maka akan dikatakan bahwa atlit tersebut adalah atlit yang tidak sportif.

Ketika ada dari salah satu pasangan Gaple yang menggunakan bahasa isyarat tertentu maka pasangan tersebut adalah pasangan yang tidak sportif.

Ketika Myke Tyson menggigit telinga Holyfield, Tyson dikatakan sebagai petinju yang tidak sportif.

Kata sportif selalu identik dengan olah raga, meskipun terkadang penggunaannya meluas ke berbagai aspek lain, bidang ilmiyah misalnya, saat seorang ilmuwan melakukan tindakan plagiat terhadap hasil karya ilmiah ilmuwan lain maka ilmuwan tersebut akan disebut sebagai ilmuwan yang tidak sportif .

Singkatnya, sportifitas merupakan sikap tunduk terhadap rule of game yang berlaku, melanggar aturan yang berlaku merupakan suatu sikap yang tidak sportif, dalam bahasa Agama disebut sebagai Fasiq; keluar dari aturan-aturan tuhan. Iblis merupakan contoh kasus pertama bagi pelanggar aturan atau perintah tuhan, ketika ia menolak perintah tuhan agar bersujud (sebagai penghormatan) kepada Adam a.s, dengan kata lain Iblis merupakan makhluk Tuhan pertama yang tidak menjunjung tinggi sportifitas, lalu diikuti oleh Qabil yang tidak menerima ketentuen tuhan, kemudian disusul oleh « Qabil-qabil » lain hingga kejaman ini.

Islam, disamping sebagai aturan yang diturunkan Tuhan utuk kemaslahatan manusia, juga mengajarkan bagaimana manusia dapat melaksanakan aturan-aturan itu. Lewat berbagai ritual yang terdapat dalam Agama Islam kita temukan pesan-pesan agar manusia menjadi makhluk yang sportif.

Seorang Imam dalam shalat, meskipun ia lulus S3, orang yang kharismatik, memiliki masa yang banyak, namun ketika ia kentut (ma`af) maka ia harus sportif mundur. Seorang Presiden, kepala Negara yang dihormati dan disegani, ketika ia melaksanakan ibadah haji, maka ia harus sportif untuk melepas semua pakaian kebesarannya, termasuk CD (celana dalam)nya, dan menggantinya hanya dengan dua helai kain putih tanpa jahitan.

Seorang konglomerat, sepelit apapun dia, ketika hartanya mencapai 85 gr. emas, maka ia harus sportif untuk mengeluarkan 2,5 % dari hartanya itu.

Nabi Muhammad s.a.w sebagai suri tauladan umat Islam mengajarkan bagaimana bersikap sportif, dalam sabdanya, "Andai Fatimah putri Muhammad mencuri, maka akulah yang akan memotong tangannya".

Begitu urgennya sikap sportifitas yang tidak dapat dihalangi oleh hubungan keluarga sekalipun, jika dalam ilmu logika manusia disebut sebagai makhluk yang dapat bicara, maka Islam mengajarkan lebih dari sekedar itu, Islam mengajarkan manusia bagaimana menjari makhluk yang sportif.

Sudah sejauh manakah kita sportif terhadap perintah dan aturan-aturan Tuhan? Mari kita jawab dengan sportif.
Nomor 02/Edisi I/Th.I

Waktu adalah:

Allah s.w.t bersumpah:
"Demi Waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman, beramal saleh, (saling) nasehat-menasehati dalam kebenaran dan nasehat-menasehati dalam (menapaki) kesabaran" (Qs. Al-'Ashr [103]: 1-3).

Rasulullah s.a.w bersabda,
"Manfaatkanlah (oleh kalian) lima hal, sebelum datang lima hal: masa mudamu sebelum tiba masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu dan hidupmu sebelum datang kematianmu" (HR. Hakim. Sanadnya shahih dari Ibnu Abbas).

Waktu muda

Allah s.w.t berfiman : "Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban..." (Qs. Ar-Rum [30]: 54).

Rasulullah s.a.w bersabda, "Tidak akan tergelincir dua kaki anak Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan dan tentang ilmunya apa yang diperbuatkan dengan ilmunya tersebut" (HR. Al-Bazzar dan Al-Thabrani).

Waktu sehat

Pepatah Arab menyatakan: "As-Shihhatu tajun 'ala ru'us al-asiha' laa yaraaha illa al-mardha" (Kesehatan adalah mahkota di atas kepala orang yang sehat dan tidak ada yang dapat melihatnya kecuali orang yang sakit).

Waktu kaya

Allah s.w.t berfirman, "Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya". ( Qs. Ad –Dhuhaa : 10)

Waktu luang

Nabi s.a.w mengingatkan dalam sabdanya : "Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang (kekosongan)" (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas)

Nasehat Umar ibn Khaththab, "Berlaku santai dalam setiap sesuatu itu baik, kecuali dalam amal akhirat",

Imam Nawawi r.a memberikan nasehat yang sangat berharga, "Hendaklah bagi seorang penuntut ilmu untuk mengumpulkan ilmu di waktu luang dan semangat yang menggebu-gebu, masa muda dan ketika tubuh masih kuat, ketika keinginan masih menggunung dan kesibukan masih sedikit sebelum tiba hal-hal yang tanpa makna".

Waktu hidup

Rasulullah s.a.w bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang panjang usianya dan baik amalnya. Dan sejelek-jelek manusia adalah yang umurnya panjang namun jelek amalnya" (HR. Ahmad dan al-Turmudzi dari Abu Bakrah).

However, kehidupan inilah yang paling berharga dalam waktu kita.

Do"a

Bila Hendak Bercermin, Ucapkanlah:

الحمد لله اللهم كما حسنت خلقى فحسن خلقى

"Al hamdu lillaah, Allahumma kamaa hassanta khalqii fa hassin khuluqi"

Segala puji bagi Allah, Ya Allah sebagaimana engkau telah membaikan wujudku maka baikanlah pula akhlakku.
(H.R Ibnu Sina)