Friday, September 30, 2005

Seimbang

Oleh : Syariful Hidayat

و كذلك جعلناكم أمة و سطا لتكونوا شهداء على الناس... البقرة 143
والذين إذا أنفقوا لم يسرفوا و لم يقتروا و كان بين ذلك قواما. الفرقان 67

"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia…" (al-Baqarah, 143).

"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian". (al-Furqan, 67).

Seimbang dalam bahasa Indonesia ialah kata yang mempunyai arti positif yang sinonim dengan kata "sedang" dan "tengah-tengah". Saking banyaknya arti positif, kata seimbang membentuk kata benda baru yaitu kata "timbangan" yang berarti "alat yang dapat mengukur berat dan ringannya sebuah benda".

Sinonim kata "seimbang" yang relevan digunakan dalam bahasa pergaulan ialah sedang atau tengah-tengah sebagai kata yang menengahi dua lawan kata (pendek-tinggi, besar-kecil, banyak-sedikit). Jawaban "sedang-sedang saja" akan keluar dari seseorang ketika pertanyaan banyak atau sedikit dilontarkan. Sebagaimana jawaban "tengah-tengah" akan keluar bilamana "pendek-tinggi" menjadi pertanyaan.

Dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara, keseimbangan ialah tindakan yang mesti terus dikembangkan, karena banyak petunjuk yang membuktikan pentingnya hidup seimbang.

Dalam hubungan manusia dengan sesama dan dengan Tuhannya, keseimbangan perlu terus dijaga dan diperhatikan.

Memang, dengan latar belakang yang berbeda, manusia hidup di muka bumi ini dengan banyak cara. Ada di antara mereka yang hanya mementingkan kehidupan akhirat tanpa memikirkan kehidupan dunia. Ada pula di antara mereka yang lebih mementingkan kehidupan dunia ketimbang kehidupan akhirat. Kita tahu bahwa setiap arah hidup yang menjadi prinsip dasar kehidupan manusia itu dibarengi dengan dalil dan referensinya masing-masing.

Maka tak heran jika kita acapkali mendengar istilah zuhud, sebuah istilah yang mewakili kelompok pertama (kelompok yang mementingkan kehidupan akhirat). Mereka memandang bahwa hidup di dunia itu hanya sementara dan kehidupan abadi adalah kehidupan setelah sirnanya dunia. Sebagaimana kita juga melihat arah hidup sebagian manusia yang beranggapan bahwa hidup di dunia hanya sekali, jika tidak dinikmati, maka akan merugi.

Dalam hal ini, Islam hadir sebagai wasit (kata ini berasal dari Bahasa Arab wasath yang berarti tengah), yaitu penengah atau penyelesai masalah umat manusia. Islam hadir dalam setiap halaman ajarannya selaras dengan arah perkembangan zaman. Karena Islam memang dihidangkan untuk umat sekalian alam.

Salah satu pandangan yang selaras dengan keseimbangan hidup dunia-akhirat diwakili oleh kata bijak Sayyidina Ali : "Bekerjalah untuk duniawimu seakan kamu hidup selamanya. Dan bekerjalah utuk akhiratmu seakan esok adalah hari akhirmu".

Artinya, usaha keras mencari nafkah adalah suatu kewajiban sebagaimana wajibnya usaha keras mencari kebahagiaan abadi di akhirat nanti dengan menjalani rutinitas Syarat Islam dan mensyukurinya. Allah SWT berfirman : "sesungguhnya, jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungghuhnya adzab-ku sangat pedih". (Ibrahim 7).

Selain itu, keseimbangan juga sepatutnya kita jalankan pada cara kita memakan rezki yang telah Allah berikan dengan adab dan dengan kadar yang tidak berlebihan. Allah SWT berfirman : "Makan dan minumlah dan jangan melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas". (al-A'raf, 31).

Dalam pergaulan antar manusia, selayaknya hubungan dijalin dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang sebagaimana kita mencintai dan menyayangi diri kita sendiri. Rasulullah SAW bersabda: "Cintailah Saudaramu seperti engkau mencintai dirimu".

Dalam hal ini, Imam Syafi'i memberikan pandangan tentang pergaulan sesama manusia yang tidak melampaui batas, dengan pepatahnya, "Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, barangkali suatu saat ia akan menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, barangkali suatu saat ia menjadi kekasihmu".

Hidup penuh keseimbangan adalah salah satu kriteria hidup ideal. Bersamanya kita dapat menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sebagaimana doa yang terus kita kumandangkan usai shalat :


رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنيَا حَسَنَة وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَة و قنا عذاب النار

"Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa neraka".
Nomor 06/Edisi II/Th.I

No comments: