Oleh: Mukhlas aL Bastami
Ubadah Bin Somit RA. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda pada suatu hari ketika Ramadhan hampir menjelang: "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, di mana Allah melimpah ruahkan di dalamnya dengan keberkatan, menurunkan rahmat, mengampuni dosa-dosa kamu, memakbulkan doa-doa kamu, melihat di atas perlumbaan kamu untuk memperolehi kebaikan yang besar dan berbangga mengenaimu di hadapan malaikat-malaikat. Maka tunjukkanlah kepada Allah Ta’ala kebaikan dari kamu. Sesungguhnya orang yang bernasib malang ialah dia yang dinafikan daripada rahmat Allah pada bulan ini."
Sebentar lagi bulan suci Ramadhan akan hadir kembali dalam kehidupan kita sehari-hari, dengan hanya berumur 29 atau 30 hari itu sangatlah rugi jika kita membiarkanya berlalu begitu saja tanpa ada sesuatu yang berarti dalam peningkatan kualitas keimanan dan amal kebaikan untuk bekal kita kelak di akhirat.
Ramadhan adalah bulan penyemangat, bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap muslim. Ramadhan sebagai ”Shahrul Ibadah” (bulan ibadah) harus kita maknai dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna. Ramadhan sebagai “Shahrul Fat”' (bulan kemenangan) harus kita maknai dengan memenangkan kebaikan atas segala keburukan. Ramadhan sebagai "Shahrul Huda" (bulan petunjuk) harus kita implementasikan dengan semangat mengajak kepada jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Ramadhan sebagai "Shahrus-Salam" (bulan keselamatan) harus kita maknai dengan mempromosikan perdamaian dan keteduhan. Ramadhan sebagai “Shahrul-Jihad" (bulan perjuangan) harus kita realisasikan dengan perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di muka bumi ini. Ramadhan sebagai "Shahrul Maghfirah" harus kita hiasi dengan meminta dan memberiakan ampunan.
Dalam Hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. bahawa Rasulullah SAW bersabda: "Umatku telah dikurniakan dengan lima perkara yang istimewa yang belum pernah diberikan kepada sesiapa pun sebelum mereka. Bau mulut daripada seorang Islam yang berpuasa adalah terlebih harum di sisi Allah daripada bau haruman kasturi. Ikan-ikan di lautan memohon istighfar (keampunan) ke atas mereka sehinggalah mereka berbuka puasa".
Adapun dalam menyambut bulan suci Ramadhan hal yang juga penting adalah bagaimana kita merancang langkah strategis dalam mengisinya agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi, bukan hanya terus memikirkan menu untuk berbuka puasa dan sahur saja, namun kita sangat perlu menyusun menu rohani dan strategi ibadah kita, karena kalau kita renungkan, menu buka dan sahur justru sering lebih istemawa dibanding dengan makanan keseharian kita, tentunya kita harus menyusun menu ibadah di bulan suci ini dengan kualitas yang lebih baik daripada hari-hari biasa, dengan begitu kita benar-benar dapat merayakan kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih membahagiakan rohani kita.
Kemudian bulan Ramadhan ini nantinya akan menjadi penentu dan control kita dalam menempuh sisa bulan-bulan yang akan kita jalani hingga datang lagi bulan ramadhan yang akan datang, berikut beberapa langkah dalam menghadapi bulan suci ini:
Pertama, bertaubat nasuha. Allah SWT. berfirman “Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” ( QS. at-Tahrim: 8)
Setiap anak adam memang tidak luput dari dosa, baik itu dosa besar atau dosa kecil, akan tetapi dosa itu akan dihapus dengan toubat nasuha, makna tobat nasuha menurut Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya "adalah tobat yang sebenarnya dan sepenuh hati, yaitu tobat yang akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya dan mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertobat”. Dan kesungguhan untuk menjalankan puasa di bulan Ramadhan memang harus didasarkan oleh hati yang bersih dan perbuatan yang bersih. Kalu kita masih suka lalai menjalankan ibadah, maka segeralah untuk bertobat dan menjalankan ibadah tersebut.
Kemudian bersungguh-sungguhlah dalam bertaubat dan kembali kepada Allah. Dalam artian kita dapat melaksanakan kembali semua perintah suci yang telah diperintahkan oleh Allah dan rosulnya serta tidak kembali pada lembah kemaksiatan atau meninggalkan segala kewajiban yang telah diwajibkan kepada kita semua.
Kedua, dengan meyakinkan diri kita bahwa kemuliaan, derajat tinggi dan kejayaan yang haqiqi tidak akan tercapai kecuali dengan iman dan hanya bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah “Janganlah kamu merasa hina diri dan bersedih hati, kamu semua adalah orang-orang yang berpangkat tinggi jika kamu adalah orang-orang yang beriman”.
Ketiga, jiwa dan raga yang istiqamah, lurus dan konsisten.
Keempat, anjuran untuk memperbanyak dzikir. Rasulullah s.a.w. bersabda, “Tidakkah aku memberitahukan pada kalian tentang amal yang paling mulia disisi Tuhan kalian (Allah), derajatnya tertinggi di antara amal kalian. Amal tersebut lebih mulia dibanding menginfakkan emas dan perak, lebih mulia dari pertempuran dengan musuh kalian, hingga kalian meninggal secara syahid?”. Para sahabat menjawab: “Dengan senang hati, ya Rasulallhoh”. Maka Rasulullah s.a.w. berkata: “Amal tersebut adalah dzikir kepada Allah Yang Mulia”.
Tiada dosa yang tak berampun, tiada salah yang tidak ditimbang dan tiada pahala yang tidak terhitung, dengan kita sungguh-sungguh, suci, ikhlas dan tawakal dalam menunaikan segala ibadah. Insyaallah kita akan tergolong orang yang beruntung amien. Marhaban ya Ramadhan. Mari kita saling membuka pintu maaf diantara kita…
Nomor 02/Edisi I/Th. II
22 Sya’ban 1427 H./ 15 September 2006 M.
1 comment:
Marhaban Ya Ramadhan.....
Post a Comment