Thursday, March 29, 2007

Meneladani Insan Pilihan

Oleh :Husnul Amal Mas’ud

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Alu Imran : 164)

Sebuah Kelahiran Yang Agung

Para penulis sirah (biografi) Nabi SAW pada umumnya sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW lahir di Tahun Gajah 570 M. Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Nabi SAW lahir di bulan Rabiul Awal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Dan dalam akidah Ahlussunnah dipercayai bahwa beliau lahir pada hari Senin 12 Rabiul Awal (2 Agustus 570 M)

Tanda-tanda yang mengiri saat kelahiran seseorang, seringkali menjadi bukti akan keagungan orang yang dilahirkannya. Para ahli sejarah mengabadikan dua peristiwa penting yang terjadi pada saat kelahiran Nabi SAW :

  1. Saat Muhammad lahir singgasana Raja Kisra sebagai raja terbesar saat itu digoncang oleh gempa dan sebagian bangunan istananya runtuh.
  2. Api besar yang konon telah menyala lebih dari 1000 tahun dan selalu disembah dan dijadikan tuhan oleh bangsa persia saat itu padam seketika.

Peristiwa besar pun terjadi di angkasa; langit bergoncang menyambut kelahirannya, setan-setan dilempari oleh panah api dan batu panas agar mereka tidak lagi dapat mencuri dengar wahyu yang diturunkan Allah dari atas langit sejak saat itu sebagaimana pernah terjadi pada masa sebelumnya. Fenomena kejadian di luar angkasa dalam menyambut kelahiran manusia agung ini disaksikan sendiri oleh para Jin yang diungkapkan dalam Alquran dan diabadikan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَساً شَدِيداً وَشُهُباً، وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَاباً رَصَداً

“Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjaganyang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang mencoba mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai untuk membakarnya” (QS. Al Jin: 8-9)

Dengan kelahiran Nabi yang mulia ini pula, pintu-pintu surga ditutup dan tidak akan masuk ke dalamnya kecuali orang-orang yang mengikuti petunjuk dan syariatnya.

والذي نفسي محمد بيده! لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ، ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به ، إلا كان من أصحاب النار

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam kekuasaanNya, tidak ada seseorangpun yang beragama Yahudi dan Nasrani yang telah mendengar seruanku, lalu dia mati dan tidak beriman terhadap apa yang aku bawa, kecuali dia itu adalah termasuk dari penghuni neraka.”

Dimensi kehidupan Nabi SAW.

Nabi adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Kemuliaan Nabi tersirat dari seluruh dimensi perjalanan hidupnya. Sehingga bilamana Aisyah ra. ditanya seorang badui tentang akhlak Nabi SAW, beliau tidak dapat menggambarkannya, hanya jawaban kecil penuh makna yang diungkapkan Aisyah :

كان خلقه القرآن

“Akhlak Nabi adalah Al-Quran”.

Dimensi ibadah (Solat, Puasa dan Jihad).

Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa kaki Nabi SAW sampai pecah karena begitu lamanya beliau berdiri dalam setiap solatnya. Beberapa riwayat menceritakan bahwa surat yang sering dibaca dalam solatnya ketika sendiri adalah Al-Baqarah An-Nisa dan Alu Imran. Dan apabila ditanya oleh sahabat bagaimana sampai Rasul menyakiti dirinya dengan solat yang panjang itu sampai kakinya pecah, beliau hanya menjawab :

أفلا أكون عبدا شكورا؟

Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang senantiasa bersyukur?”

Nabi juga seringkali melaksanakan puasa berhari-hari dan berturut-turut sehingga suatu saat sahabat menyaksikannya dan meminta untuk dapat mengikuti sunnahnya. Namun beliau menjawab dengan lembut dan bijaksana :

إني لست مثلكم، إني أبيت عند ربي يطعمني ويسقيني

“Sesungguhnya aku bukanlah seperti kalian. Sesungguhnya aku sedang singgah bersama Tuhanku yang senantiasa akan selalu memberiku makan dan minum.”

Beliau adalah panutan seorang pemimpin dan panglima perang. Selalu berada di barisan terdepan menghadapi kaum musyrikin dalam setiap pertempuran. Keberanian beliau dalam setiap peperangan digambarkan oleh sahabat Ali ra :

“Apabila kami telah dihampiri kecemasan ketika bertemu antara kaum (muslimin) dengan kaum (musyrikin), kami berlindung dibelakang Rasulullah SAW sehingga tidak ada seorangpun yang posisinya lebih dekat dengan musuh kecuali beliau.”

Dimensi Zuhud

Suatu hari Umar ra. Memasuki rumah Nabi dan ia tidak menemukan atau melihat ada sesuatu pun di dalam rumah Nabi kecuali tikar tempat tidur Nabi. Maka Umar Menangis sambil berkata : “Wahai Rasulullah, lihatlah Raja Kisra dan Caesar yang berlimpahan segala macam kenikmatan, sedangkan engkau lebih dari mereka, kau adalah utusan Allah, sementara kondisi kehidupanmu seperti ini adanya? Nabi menjawab : Apakah engkau ragu denganku wahai (Umar) Ibn Khattab? Apakah kau tidak ridho jika mereka mendapatkan apa yang ada di dunia sedangkan kita mendapatkan segala nikmat diakhirat?!.”

Dan Hasan Al-Basri menceritakan bagaimana kondisi di dalam rumah Nabi yang sangat sederhana:

“Aku memasuki kamar Nabi SAW. Dan seandainya aku ingin menyentuh atap rumahnya, aku pasti akan dapat menyentuhnya.”

Nabi pun seringkali berpuasa hanya karena tidak mendapatkan apa yang dia makan untuknya dan untuk keluarganya. Aisyah menceritakan kepada keponakannya Urwah bin Zubair perihal ini:

“Adalah Nabi telah melewati 3 hilal (2 bulan) dan beliau tidak mendapatkan dapurnya menyala (karena tidak ada makanan). Kemudian Urwah bertanya : Lalu apa yang kalian makan wahai bibiku? Aisyah menjawab : kurma dan air.

Nabi SAW. Pun tidak meninggalkan harta benda warisan untuk keluarganya ketika beliau wafat. Karena segala yang beliau punya diberikan untuk orang yang meminta dan membutuhkan. Dan hanya ungkapan mulia yang diucapkannya :

نحن معاشر الأنبياء لا نورث ما تركناه صدقة

“Kami para Nabi tidaklah mewariskan. Segala apa yang kami tinggalkan adalah sadaqah”

Dimensi Akhlak

Firman Allah adalah saksi dari betapa mulianya Akhlak Nabi SAW. Sehingga sahabat umar pun menangis tidak dapat melukiskan indahnya Akhlak Nabi yang dilukiskan Allah SWT dalam firmannya :

وإنك لعلى خلق عظيم

“Dan sesunguhnya kamu benar-benar berbudi perkerti yang agung” (QS. Al Qalam : 4)

Beliau adalah contoh dalam kedermawanan, selalu menutupi kebutuhan para fakir miskin dan selalu memberi tanpa pamrih. Sampai-sampai kedermawanan beliau disaksikan sendiri oleh musuh-musuhnya hingga musuh tersebut memeluk islam.

Adalah Safwan bin Umayyah, seorang pembesar Quraisy yang sangat benci kepada islam, menceritakan kisah kedermawanan Nabi saat dia menjadi tawanan dalam perang Hunain :

“Nabi senantiasa memberiku (makan&minum) sewaktu perang Hunain. Dan sungguh beliau adalah manusia yang paling ku benci saat itu, namun ia tetap memberiku hingga hatiku luluh dan akhirnya beliau menjadi manusia yang paling aku cintai.”

Kesabaran beliau pun menjadi teladan bagi umat islam. Sejarah mengisahkan, ketika beliau meminta perlindungan kepada kaum Thaif dan kemudian dilempari oleh bebatuan oleh penduduknya hingga berdarah, Jibril kemudian mendatanginya mendatangi Nabi dan berkata : Apakah kau ingin aku azab mereka dengan membalikkan seluruh isi kampung tersebut. Nabi malah menjawab tawaran Jibril tersebut dengan menengadahkan tangan sambil berdoa : "Semoga Allah SWT melahirkan dari keturunan mereka orang-orang yang akan beriman dan menyembah kepada-Nya".

Keagungan akhlak Nabi pun tersirat dari sikap tawadunya. Beliau selalu berpesan kepada umatnya agar jangan berlebihan dalam memujinya :

لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم، إنما أنا عبد فقولوا عبد الله ورسوله

“Janganlah kalian memujiku sebagaimana kaum Nasrani memuji (Isa) Ibn Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka cukup panggillah aku dengan Abdullah (hamba Allah) dan Rasul (utusan) Nya.”

Dimensi berkeluarga

Nabi Muhammad pernah membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. Ia terkejut bukan kepalang melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, "Mengapa engkau tidur di sini?" Nabi Muhammmad menjawab, "Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu."

Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Padahal Nabi selalu mengingatkan, "berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya."

Puncak Suri Teladan

Bagaimanapun kita memuji dan menggambarkan kehidupan Nabi, rasanya tidak cukup segala kata-kata dan pujian untuk menyatakan betapa mulia dan tingginya pribadi dan akhlak Nabi SAW. Tulisan singkat ini pun rasanya hanya setetes gambaran dari lautan pribadi agung Nabi SAW. Sungguh seluruh dimensi kehidupan Nabi adalah panutan dan suri tauladan bagi kita sebagai umat islam.

لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS. Al Ahzab : 21)

Semoga momen peringatan Kelahiran (Maulid) Nabi tahun ini dapat kita jadikan ajang untuk benar-benar meningkatkan cinta kita kepada Nabi SAW sebagai bukti keimanan kita kepada Nabi SAW.

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده

“Tidaklah termasuk orang beriman seorang di antara kamu sehingga aku menjadi orang yang lebih dicintainya daripada orangtuanya dan anaknya”

2 comments:

Deptartemen Media Informasi said...

Tulisan ini untuk (Memperingati Maulid Nabi SAW 12 Rabiul Awal 1428 H)

Anonymous said...

tulisan yg informatif...

semoga kita semua termasuk golongan yg selalu melaksanakan perintah Allah dan RasulNYA..