Friday, March 31, 2006

Hidup Dengan Landasan Basmallah

Oleh : Ahmad Suprapto

Seorang Muslim dengan Muslim lainnya bagaikan satu tubuh. Ia akan merasa sakit tatkala saudaranya sakit. Begitu pula saat saudaranya bergembira, ia juga akan ikut merasa gembira.
Dari seratus empat belas surat dalam al-Qur’an, hanya satu surat saja yang tidak diawali kalimat basmalah, yaitu Surat at-Taubah. Wahyu yang pertama kali diturunkan kapada baginda Rasulullah SAW adalah اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَق: “Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang menciptakan”. (QS: al-Qalam [96].

Apa hikmahnya?. Semua yang kita lakukan harus berlandaskan basmalah. Artinya, kita selalu menggantungkan amal perbuatan kita pada Allah, menghiasi amal-amal tersebut dengan kasih sayang. Karena itu, berbicara tentang Islam sama artinya dengan berbicara tentang kasih sayang. Islam adalah agama kasih sayang; agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam.

Bila Allah memerintahkan kita untuk membaca basmalah dan Rasulullah SAW mencontohkan hidup berlandaskan basmalah, maka menjadi keniscayaan bagi kita untuk hidup dengan basmalah, hidup hanya untuk Allah. Rasulullah SAW mencontohkan hidup berlandaskan basmalah dalam segala hal. Semua aktivitas yang kita lakukan hendaknya dimulai dengan bacaan basmalah. Banyak hadits menerangkan tentang mengawali sesuatu dengan basmalah. Misalnya, kalau mau tidur, hendaknya kita mengawalinya dengan basmalah, begitu juga dengan perbuatan-perbuatan lain.

Basmalah yang berarti ‘Dengan menyebut Nama Allah’ juga mempunyai pengertian zikir atau ingat kepada Allah. Dengan membaca basmalah, kita berarti mengingat Allah. Sehingga kita senantiasa mengingat Allah di mana saja. “Berteguhhatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”. (QS : Al Anfal [8] : 45).

Masalah terbesar yang kita hadapi adalah jauh dari Allah, jarang mengingat Allah, dan "dikuasainya" hati kita oleh sesuatu selain Allah. Inilah masalah yang akan mendatangkan banyak masalah lainnya. Saat jauh dari Allah, kita akan leluasa berbuat maksiat. Tidak ada lagi rasa malu. Tidak ada lagi rasa diawasi oleh Allah, sehingga tidak ada lagi yang mengendalikan perilaku kita. Maksiat inilah yang kemudian melahirkan ketidaktenangan, kehinaan dan kesengsaraan hidup.

Karena itu, hal penting yang harus kita lakukan adalah mengukur intensitas ingat kita kepada Allah. Dalam 24 jam, berapa jam kita ingat kepada Allah. Ketika shalat, apakah kita ingat Allah ?. Ketika makan, apakah kita ingat Allah ?. Ketika hendak tidur, apakah kita ingat Allah ?. Ketika basmalah (Nama Allah) mendominasi hidup kita, maka hidup kita akan tenang, terpelihara dari maksiat, mulia dan berkedudukan tinggi. Semakin kita ingat kepada Allah, maka semakin sering pula Allah mengingat kita.

Orang yang paling banyak mengingat Allah akan menjadi orang yang paling "diingat" Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Maka sesungguhnya Allah menepatkan hamba-Nya, sebagaimana hamba itu menempatkan Allah dalam jiwanya (hatinya)".

Selalu mengingat Allah (dzikrullah) adalah senjata paling ampuh untuk mengekang hawa nafsu dan menumpulkan tipu daya setan. Apapun yang setan lakukan, tidak akan mampu menggelincirkan manusia yang hatinya selalu menyebut atau berdzikir kepada Allah. Para malaikat akan menaunginya. Keberuntungan akan selalu menyertainya. Allah SWT berfirman, ''Berteguhhatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.'' (QS Al Anfal [8]: 45)

Ada sebuah kisah. Suatu hari Rasulullah SAW duduk bersama Abu Bakar Ash Shiddiq. Tak lama berselang, datanglah seorang lelaki yang menghina dan menjelek-jelekkan Abu Bakar. Awalnya, Abu Bakar tidak menanggapi orang tersebut. Ia tetap tenang. Rasulullah SAW pun tidak beranjak dari tempatnya. Lama-kelamaan Abu Bakar kesal, ia mulai membalas hinaan orang tersebut. Melihat hal ini, Rasulullah SAW segera pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Abu Bakar merasa malu. Ia segera mengejar Rasulullah SAW. "Wahai Rasul, mengapa saat aku dijelek-jelekkan dan tak membalas, engkau diam; namun ketika aku membalasnya, engkau pergi?" Rasulullah SAW menjawab, "Ketahuilah, saat engkau diam, aku melihat para malaikat mengelilingimu. Namun, saat engkau membalas, aku melihat para malaikat pergi dan setan pun mengerubungimu".

Dekat dengan Allah adalah kunci kebahagiaan dalam hidup. Sesibuk apapun kita, nama Allah harus selalu terpatri di hati kita. Sebelum kerja, luruskan niat kita hanya untuk Allah. Selama kerja, ingatlah Allah. Selesai kerja, berserah dirilah (tawakal) kepada Allah.

Bila hidup terasa hampa dan sulit mendapatkan ketenangan, kita harus berusaha untuk lebih banyak mendengar, membaca dan berbicara tentang Allah. Usahakan rumah kita, tempat kerja kita atau pergaulan kita dapat mengingatkan kita kepada Allah SWT. ''Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.'' (QS Ar Ra'd [13]: 28). Wallahu A'lam bi Ash-Shawab.
Nomor 22/Edisi V/Th. I

No comments: