Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami peningkatan. Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2006 lebih besar dari bulan Februari 2006. Menurut Milan Brahmbatt -ekonom senior Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik- penyebab kemiskinan di Indonesia adalah kebijakan pemerintah melambungkan harga BBM, terutama minyak tanah tiga kali lipat, pada Oktober 2005 dan melangitnya harga beras sebesar 33 persen pada kurun waktu Februari 2005 sampai Maret 2006.
Kemiskinan tidak hanya melanda umat Islam Indonesia, tapi juga menjangkiti mayoritas umat Islam di seluruh penjuru dunia. Terdapat lebih dari 60 negara berpenduduk Muslim mayoritas memiliki penduduk miskin. Kemiskinan yang parah menerpa negera Somalia, Jibouti, Kashmir, Afganistan, Uganda, Mali, Kamerun, Gaban, Niger, Kosovo, dan banyak lainnya.
Perspektif Kemiskinan
Seringkali kita melihat sumber kemiskinan hanya pada pendidikan rendah, akses ke sumberdaya ekonomi terbatas, kurang modal, dan "mental miskin". Mental miskin biasanya diartikan sebagai suatu cara hidup dan cara pandang sekelompok orang yang gampang puas dan tidak mempunyai cita-cita untuk meraih masa depan yang lebih baik dan budaya malas. Semua ini memang menjadi sumber kemiskinan. Tapi yang harus diingat, kemiskinan juga ditentukan nilai-nilai dan struktur sosial yang ada. Kemiskinan yang mendera seorang manusia tidak terpisahkan dari sistem sosial di mana ia berada. Kenapa kemiskinan menghampiri manusia padahal Allah telah memberi garansi keamanan rezeki?
Pertama, kemiskinan timbul karena ketidakpedulian dan kebakhilan kelompok kaya (QS Ali 'Imran [3]: 180) sehingga si miskin tidak mampu keluar dari lingkaran kemiskinan. Kedua, kemiskinan timbul karena sebagian manusia bersikap zalim, eksploitatif, dan menindas sebagian manusia yang lain, seperti memakan harta orang lain dengan jalan yang batil (QS at-Taubah [9]: 34) dan memakan harta anak yatim (QS an-Nisa' [4]: 2, 6, 10. Ketiga, kemiskinan timbul karena konsentrasi kekuatan politik, birokrasi, dan ekonomi di satu tangan. Hal ini terlukis dalam kisah Fir'aun, Haman, dan Qarun yang bersekutu dalam menindas rakyat Mesir (QS al-Qashash [28]: 1-88). Keempat, kemiskinan timbul karena gejolak eksternal seperti bencana alam atau peperangan sehingga negeri yang semula kaya berubah menjadi miskin. Contohnya adalah kaum Saba (QS Saba [34]: 14-15).
Untuk menanggulangi kemiskinan, pertama, Islam menganjurkan umatnya agar rajin bekerja, seperti perintah untuk bertebaran di muka mencari rezeki (QS al-Jumu'ah [62]: 10). Perlu ditegaskan di sini, bahwa bekerja dalam Islam bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan perut. Lebih dari itu, bekerja dalam Islam adalah memperoleh ridha Allah Swt. Bekerja juga bukan hanya untuk memuliakan diri, atau untuk menampakkan sisi kemanusiaan, tetapi juga sebagai manifestasi amal saleh (karya produktif), karenanya memiliki nilai ibadah yang sangat luhur. Penghargaan hasil kerja dalam Islam kurang lebih setara dengan iman, bahkan bekerja dapat dijadikan jaminan atas ampunan dosa. Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang di waktu sorenya merasakan kelelahan karena bekerja, berkarya dengan tangannya sendiri, maka di sore itulah ia diampuni dosa-dosanya," (HR Ibnu 'Abbas).
Kedua, Islam melarang riba dan berbuat zalim, baik fisik maupun ekonomi kepada orang lain. Larangan riba sangat efektif mengendalikan laju inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta. Larangan berbuat zalim dan perintah untuk berbuat adil kepada siapa saja (QS al-Maidah [5]: 8) akan menciptakan struktur sosial yang bersendikan keadilan.
Pengentasan Kemiskinan
Meningkatnya angka kriminalitas selalu bergandengan tangan dengan kemiskinan. Kemiskinan adalah sumber segala tindak kriminalitas kerena membuat orang cepat hilang kesabaran, emosional, berpikir pendek, membenci mereka yang hidup mapan, dan pada akhirnya akan melahirkan tindakan-tindakan radikal; seperti kekerasan dan aksi terorisme. Kemiskinan jiwa dan mental plus miskin harta membuat orang buta dalam melihat kebenaran.
Karena itu, pengentasan kemiskinan harus juga dijadikan akar untuk menolak terorisme. Demikian juga, berbagai ideologi radikal akan sangat mudah ditanamkan dan menjamur dalam masyarakat yang miskin. Rasa frustasi dan kekecewaan atas keadaan dan struktur sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhan perut adalah pupuk bagi tumbuh suburnya ideologi radikal tersebut. Karena itu, pengentasan kemiskinan harus cepat dilakukan pemerintah, bukan hanya sebagai syarat mutlak mewujudkan bangsa yang makmur, menurunkan angka kriminilitas, dan memberikan rasa aman kepada masyarakat dari ancaman teror, tapi juga memberikan suasana kondusif bagi terlaksananya ajaran agama dengan sempurna. Perut lapar membuat masyarakat tidak khusyuk beribadah.
Umat Islam, sebagai umat mayoritas di negeri ini, harus membantu usaha pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Tentunya umat Islam tidak ingin anak-anak mereka hidup miskin sehingga gampang terjerumus pada tindakan-tindakan yang dilarang agama dan negara. Mari kita tutup pintu kemiskinan dengan kerja keras dan menegakkan keadilan sosial.(ahraar)