Oleh: Helmi Basri
Pada satu kesempatan salah seorang sahabat yang bernama Abu Umamah datang kepada Rosulullah s.a.w lalu bertanya: “ wahai Rosulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila saya kerjakan saya akan masuk sorga, Rosulullah s.a.w menjawab: lakukanlah ibadah puasa karena ibadah puasa tidak ada yang bisa menandinginya”(al-hadits).
Pada satu kesempatan salah seorang sahabat yang bernama Abu Umamah datang kepada Rosulullah s.a.w lalu bertanya: “ wahai Rosulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila saya kerjakan saya akan masuk sorga, Rosulullah s.a.w menjawab: lakukanlah ibadah puasa karena ibadah puasa tidak ada yang bisa menandinginya”(al-hadits).
Apabila kita cermati petikan riwayat di atas dengan baik maka akan kita dapati Rosulullah s.a.w sedang menggambarkan betapa besarnya hikmah dan kebaikan yang terkandung di dalam ibadah puasa. Penggambaran tersebut bukan hanya untuk Abu Umamah , akan tetapi juga untuk semua umatnya. Bagi kita umat Islam hari ini riwayat di atas akan sangat berarti untuk diingat dan direnungkan kembali, mengingat kita sekarang berada di penghujung bulan sya’ban, untuk kemudian menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Sebuah bulan yang jauh berbeda dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya, ia bagaikan bonus kehidupan, karena detik- detik waktunya serta kebaikan yang dilakukan di dalamnya selalu dihitung berkelipatan.
Puasa yang dalam bahasa rosul pada riwayat di atas adalah sebuah ibadah yang tiada tandingannya ( la matsiila lahu) dan akan berhadiah sorga. Dengan demikian sangantlah tepat untuk dikatakan bahwa kita sekarang sedang berada di ambang pintu sorga. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita akan terhanti sampai di depan pintunya saja, ataukah kita akan menjadi bagian dari hamba Allah yang dikaruniakannya untuk langsung melangkahkan kaki memasuki sorga tersebut?. Jawabannya ada pada keseriusan kita dalam memanfaatkan celah- celah kebaikan dan peluang pahala dalam rangka meraih keampunan Allah s.w.t selama menjalani ibadah Ramadhan nantinya. Oleh karena itu tekadkan mulai dari sekarang bahwa Ramadhan kali ini harus betul-betul akan bermakna dan membawa perubahan kearah yang lebih baik bagi kehidupan kita.
Dalam hal ini manusia akan terbagi kedalam dua kelompok besar yaitu: kelompok yang benar-benar menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat dan keimanan, sehingga ia tak berminat untuk mengabaikan setiap peluang kebaikan yang ada. Setiap detik dari waktunya selalu diisi dengan pendekatan diri kepada Allah s.w.t, siangnya diisi dengan berpuasa, sedangkan malamnya dihidupkan dengan sholat, baca alQuran, zikir serta memohon keampunan kepada Allah dari segala noda dan dosa. Orang-orang inilah yang dikatakan oleh Rosul dalam sebuah ungkapannya: “siapa saja yang berpuasa dengan penuh keimanan dan perhitungan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Bukhori). Juga dalam ungkapan yang lain beliau katakan: “ siapa saja yang menghidupkan malam Ramadham dengan penuh keimanan dan perhitungan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Bukhori dan Muslim).
Tetapi adalagi kelompok kedua yaitu golongan yang Ramadhannya hanya sekedar menahan lapar dan haus, puasanya tidak mendatangkan keberkahan serta tidak mampu untuk menggiring dia ke dalam sorga Allah. Dalam sebuah riwayat Rosul berkata: “berapa banyak orang yang berpuasa akan tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya selain rasa lapar dan haus” (HR Ibnu Majah).
Bulan Ramadhan adalah bulan yang agung, ia bagaikan seorang tamu agung yang akan mengunjungi kita. Coba kita bayangkan apa yang akan kita lakukan di saat kita tau ada tamu besar –katakanlah pejabat tinggi seperti gubernur, walikota dan lain sebagainya- akan berkunjung ke rumah kita atau ke daerah kita, pastilah persiapannya akan sangat maksimal, bahkan jauh sebelum kedatangannya persiapan itu sudah dimulai. Sekarang Ramadhan yang akan menghampiri kita jauh lebih mulia dari semua itu, karena kemuliaan Ramadhan adalah kemuliaan yang tanpa cacat, keagungannya datang dari yang maha agung. Alangkah bahagianya ketika Allah SWT masih memilih kita untuk menikmati indahnya keberkahan Ramadhan kali ini, karena dengan demikian berarti Allah masih memberikan kepada kita kesempatan untuk membersihkan diri. Dalam sebuah riwayat dikatakan: “dari Jum’at ke jum’at berikutnya, dan dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya bisa menghapus dosa”(al-hadits). Tentu saja dosa itu tidak akan terhapus secara otomatis begitu saja, akan tetapi haruslah dengan usaha.
Sebaliknya alangkah meruginya orang-orang yang telah dipanjangkan umurnya sampai memasuki bulan Ramadhan tetapi pancaran sinar Ramadhan tak berarti apa- apa bagi kehidupan mereka. Rosul mengatakan orang seperti itu termasuk kedalam kelompok orang-orang yang celaka dan telah jauh dari rahmat Allah.
Ada beberapa hal yang bisa diadikan alasan bahwa kesuksesan seseorang dalam mengisi Ramadhan akan berhadiah sorga. Alasan itu antara lain:
Pertama: ibadah ramadhan akan membersihkan hati dan jiwa dari sifat sombong, hasad, iri dan lain sebagainya. Bukankah di antara tujuan puasa adalah untuk memupuk sifat taqwa (la’allakum tattaquun)? , sedangkan taqwa sebagaimana yang dikatakan rosul ada pada hati, artinya bersih tidaknya hati seseorang adalah menjadi standar ketaqwaannya. Premisnya adalah jika Ramadhan akan memupuk ketaqwaan sementara taqwa itu fokusnya pada hati maka konklusinya adalah Ramadhan akan membersihkan hati dan jiwa seseorang. Dan siapa yang hatinya selamat dari penyakit itu maka ia adalah penghuni sorga. Kesimpulan ini ditarik dari sebuah kisah salah seorang sahabat yang dijamin masuk sorga, tiga kali ungkapan jaminan itu terucap oleh rosul untuk beliau, ternyata setelah di deteksi oleh ibnu umar orang tersebut bukanlah termasuk orang yang banyak sholat dan sedekahnya, dia adalah orang biasa-biasa saja, bahkan namanya pun tak tersohor di kalangan para sahabat. hanya saja ada satu hal yang beliau miliki bahwa hatinya selalu bersih dari rasa hasad, iri dan dengki.
Kedua: ibadah Ramadhan akan selalu mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Di saat melaksanakan ibadah puasa kita akan merasakan pengawasan Allah (muroqobatullah) yang lebih, terkadang banyak hal-hal yang kita malu mengerjakannya di depan orang banyak, tapi kalau sudah sendiri perasaan malu itu bisa hilang, kecuali dalam Ramadhan. Meskipun kita dalam keadaan sendiri namun hal itu tetap tidak kita lakukan karena kita tau bahwa kita sedang berpuasa. Orang seperti itu berarti ia sedang dekat dengan Allah. Dan siapa saja jika ia semakin merasa dekat dengan Allah maka ia akan semakin jauh dari kemaksiatan, dan apabila seseorang sudah jauh dari yang berbau maksiat maka berarti ia semakin dekat dengan sorga. Dalam penggalan sebuah hadits qudsi dikatakan: “siapa yang berusaha mendekati Allah dengan berjalan maka Allah akan mendekatinya dengan berlari,dan siapa yang mendekati Allah dengan jarak sehasta, maka Allah akan mendekatinya dengan sejengkal”. Begitulah adanya, bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan niscaya Allah akan membalasnya dengan kebikan yang lebih besar.
Ketiga: pada hakekatnya puasa itu bukan sekedar menahan lapar dan haus saja, akan tetapi puasa yang sesungguhnya adalah mempuasakan seluruh anggota tubuh dari bentuk-bentuk kemaksiatannya masing-masing. Ibnul qoyim mengistilahkan dengan shiyamul jawarih. Lidah harus berpuasa dari berbohong dan ghibah, tangan harus dipuasakan dari mengambil yang bukan haknya, akal fikiran juga harus dipuasakan dari berfikiran yang negatif dan lain sebagainya. Kalau tidak berarti ia baru sekedar menahan lapar dan haus. Dalam sebuah hadis Rosul bersabda: “barang siapa yang tidak menahan diri dari berdusta maka sedikitpun Allah tidak sudi menerima puasanya, meskipun ia menahan diri dari makan dan minum” (HR. Bukhori).
Begitulah keagungan ramadhan yang apabila dicermati baik-baik maka wajar prestasi yang diraih dengannya akan meraih reward sorga. Tentunya kita berharap semoga Ramadhan kali ini benar-benar mampu kita manfaatkan sebaik-baiknya dalam merobah diri kepada yang lebih baik, serta mendapat reward yang dijanjikan. Wallahu waliyyuttaufiq!!